Khutbah Pertama
Mukaddimah
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْإِخْوَةُ الْمُؤْمِنُونَ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Jumat Rahimakumullah!
Marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena sebaik-baik bekal di hari akhir kelak adalah ketakwaan.
Pada kesempatan mulia ini, Khatib mengajak hadirin sekalian untuk merenungi sebuah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang singkat namun mengandung peringatan keras mengenai tiga perkara yang dibenci oleh Allah Ta’ala. Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah membenci bagi kalian tiga perkara: (1) Qila wa Qaala, (2) Katsrat as-Su’al, dan (3) Idha’atul Mal.” (HR. Muslim)
Tiga perkara ini bukan sekadar hal yang tidak disukai, melainkan hal yang sangat dibenci karena dampaknya yang merusak agama, martabat diri, dan kehidupan sosial.
1. Bahaya Pertama: QILA WA QAALA (Katanya-Katanya / Menyebar Isu)
Qila wa Qaala adalah sibuk membicarakan atau menyebarkan berita, gosip, atau isu yang tidak jelas sumber dan kebenarannya. Ini adalah akar dari fitnah, ghibah, dan permusuhan.
Hadirin sekalian!
Mengapa Allah membencinya? Karena Qila wa Qaala adalah penyakit yang menghancurkan persaudaraan dan menciptakan permusuhan di tengah masyarakat. Orang yang gemar Qila wa Qaala adalah orang yang tidak menjaga lisannya dan tidak peduli terhadap kehormatan saudaranya.
Ibroh dari Masa Silam (Peristiwa Al-Ifk):
Lihatlah betapa dahsyatnya akibat Qila wa Qaala pada masa Rasulullah ﷺ, yaitu dalam Peristiwa Al-Ifk (berita bohong). Fitnah keji yang disebarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul dan kaum munafik tentang kesucian Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha hanya didasarkan pada katanya-katanya. Isu ini menyebar luas di Madinah, menyebabkan keretakan sosial yang parah, dan membuat Rasulullah ﷺ serta keluarga beliau berduka mendalam selama sebulan, hingga Allah menurunkan ayat-ayat yang membebaskan Aisyah. Ini menunjukkan bahwa Qila wa Qaala adalah senjata utama setan untuk memecah belah umat.
Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk tabayyun (memeriksa kebenaran) setiap kali mendengar berita, dan menjauhi penyebaran isu yang merusak.
2. Bahaya Kedua: KATSrat AS-SU’AL (Banyak Bertanya/Meminta yang Tidak Perlu)
Katsrat as-Su’al memiliki dua makna utama:
- Banyak bertanya dalam agama yang berlebihan, mempersulit diri, atau menanyakan hal yang belum terjadi.
- Banyak meminta-minta kepada manusia (mengemis) padahal dirinya mampu atau tidak dalam keadaan mendesak.
Hadirin yang Dirahmati Allah!
Ibroh dari Masa Silam (Kisah Bani Israil dan Sapi):
Makna pertama terlihat jelas dalam kisah Bani Israil tentang perintah menyembelih sapi betina yang diabadikan dalam Al-Qur’an (Surat Al-Baqarah). Perintah Allah awalnya mudah: sembelih sapi betina. Tetapi karena Bani Israil terlalu banyak bertanya dan mencari-cari detail (bagaimana warnanya? bagaimana usianya?), mereka mempersulit diri sendiri, hingga akhirnya harus mencari sapi dengan kriteria yang sangat langka dan mahal. Pelajaran bagi kita, jangan mempersulit perkara agama dengan pertanyaan yang tidak perlu.
Adapun makna kedua, katsrat as-su’al dalam konteks meminta-minta, ia merusak martabat diri (iffah). Rasulullah ﷺ sangat mencela orang yang meminta-minta padahal mampu bekerja, karena ia menjual kehormatannya demi harta dunia.
3. Bahaya Ketiga: IDHA’ATUL MAL (Menyia-nyiakan Harta)
Idha’atul Mal adalah membelanjakan harta untuk sesuatu yang haram, berlebihan (boros/tabzir), atau menahan hak Allah pada harta (kikir tidak berzakat), sehingga harta tersebut tidak bermanfaat.
Jama’ah Jumat Rahimakumullah!
Islam menghargai harta sebagai amanah, bukan hanya milik kita. Idha’atul Mal sangat dibenci karena:
- Menghilangkan keseimbangan ekonomi individu dan masyarakat.
- Mempersulit diri di masa depan (ketika kesulitan atau sakit datang).
- Menghilangkan pahala akhirat (ketika harta digunakan untuk maksiat atau ditahan dari kewajiban).
Ibroh dari Masa Silam (Kisah Tsa’labah):
Contoh Idha’atul Mal yang paling menghancurkan adalah Kisah Tsa’labah bin Hathib. Ia berdoa meminta kekayaan, namun ketika Allah mengabulkannya, ia menolak menunaikan kewajiban zakat (kewajiban harta). Ia menyia-nyiakan hartanya bukan dengan boros, melainkan dengan menahannya dari hak Allah. Akibatnya, harta yang didapatkannya justru menjadi sumber kehancuran dan penyesalan.
Penutup Khutbah Pertama
Mari kita jaga lisan kita dari Qila wa Qaala, jaga kehormatan diri kita dari Katsrat as-Su’al, dan jaga harta kita dari Idha’atul Mal.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
