Suatu hari PBNU mengadakan sebuah acara di Surabaya, mengundang duta-duta besar negara sahabat, dan pelayanan-nya pun VVIP.
.Lebih-lebih KH. Sahal Mahfudz, sebagai Ra’is Aam PBNU, tentu bisa mendapatkan pelayanan yg lebih. Di Kota Pahlawan ini, Mbah Sahal -sapaan mulianya, selama dua hari bermalam di sebuah hotel berbintang. Tapi, ketika panitia acara ingin membayar kamar hotel yg ditempati Kyai Sahal, beliau bilang:
“Ndak usah, aku jek duwe duet dewe,” (Tidak, saya masih punya uang sendiri), sambil berjalan ke kasir . Panitia pun masih merayu Kyai Sahal agar mau dibayari oleh panitia.
Mbah Kyai Sahal tetap bilang “Ndak usah” sambil beliau mengeluarkan uang dari tasnya .
Setelah itu panitia masih berkata:
“Mana bon-nya yai, biar kami ganti.”
Mbah Sahal dawuh: “Ndak usah, aku moh nganggo duite NU. Aku gowo duetku dewe ae. Nek NU iku urip-urip NU, ojo sepisan-pisan golek urip nok NU.” (Tidak, saya tidak mau menggunakan duitnya NU. Saya pakai uang saya sendiri saja. Di NU itu harus menghidupi NU, jangan sekali-kali mencari hidup di NU) .
.
Sifat Mbah Kyai Sahal patut kita contoh. Beliau benar-benar tulus, ikhlas mengabdi untuk NU. Padahal sekelas Ra’is Aam seperti Mbah Sahal tentu mudah sekali bagi beliau untuk mendapat fasilitas dari NU. Allah Kariim…
.
Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT . Al-Fatihah..
